Thursday, May 19, 2011

Sunday, March 20, 2011

Uwais AlQarni: Terkenal Di Langit Tak Terkenal di Bumi



P
ada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru,
rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan,
kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada
tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli
membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut
yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan,
tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan
tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti
ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru
dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata
Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah
dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan
karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang
dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan
menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai
macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya,
memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik,
karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya
seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari
mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari
mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili
kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya
penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya
sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang
diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama
Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya
yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh
dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan
puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar
seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk
menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati
Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya
kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke
Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.
Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan
cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru
datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan
kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.
Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk
bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang
cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu
yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera
dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini
akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu
hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada
beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan
musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk
bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya
dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah
beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat
membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya
selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi
hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi
menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa
terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan
Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di
rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa
menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan
kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju
Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir,
bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan
begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras
baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni
di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu
rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah
r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi
yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di
rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang
perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada
di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan
Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan
masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan
sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas
pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah
mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa
dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada
sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya
menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan
perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang
kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa
Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni
langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda
Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun.
Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang
mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan
ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai
tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau
SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan
bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah
do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni
bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga
kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan
Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda
Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak
itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya
yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan
kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju
kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman,
segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan
menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan
bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di
perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi
menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya
Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais
menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu
berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk
membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais,
sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar !
Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,
siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban
itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah,
yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais
kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan
mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah
sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat
itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan
mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:
“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan
Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan
istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni
akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang
negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera
saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya
hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,
biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar
beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh
Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus
dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami
sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin
berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan
selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami
memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di
atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai
waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu
kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah,
tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang
terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan
dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah !
“katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal
dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal
satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami
lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,
sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu
orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban
asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah
nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di
kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim
oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”
tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat
di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam,
tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya
dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan
seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang
tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah
pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan
tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan
ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika
orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan
dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan
untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,
“ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari
mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat
penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah
tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah
orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa
pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya
orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan
orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan
ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais
al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang
tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba
dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan
penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah
kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya
mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk
mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman
mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi
tapi terkenal di langit.

Wallahualam...



http://www.indonesiaindonesia.com/f/94304-uwais-alqarni-terkenal-langit-terkenal-bumi/

Thursday, January 08, 2009

another flash

just this minutes...couple years ago...somebody cried out loud
feared the world probably
coz she know that the things there would be beautiful but cruel
so tempting but then drifting

But the people round her are so full of love and caring, thus comfort her, teach her how to life, teach her how to love, and showing her what the is the trully essence of the beauty around her.

they put a prayer for her

a light in the night that could give the warmth and endless happiness to the people around her
to be an eternal flame

hopefully

thanks mom and dad...for showing me the beauty of the blue sky and teaching me how to fly

Wednesday, December 31, 2008

Ketika Kita kehilangan

Skenario 1

Andaikan Anda sedang naik di dalam sebuah kereta ekonomi.
Karena tidakmendapatkan tempat duduk, Anda berdiri di dalam gerbong tersebut. Suasanacukup ramai meskipun masih ada tempat bagi Anda untuk menggo-yang- goyangkan kaki. Di tengah perjalanan, Anda dikejutkan oleh seseorang yang menepukbahu Anda.
"Mas. Handphone mas barusan jatuh nih," kata orang tersebutseraya memberikan handphone milik Anda. Apa yang akan Anda lakukan kepadaorang tersebut? Mungkin Anda akan mengucapkan terima kasih dan berlalubegitu saja.

Skenario 2

Sekarang kita beralih kepada skenario kedua.
Andaikan Anda tidak sadarhandphone Anda terjatuh, dan ada orang yang melihatnya dan memungut-nya.Orang itu tahu handphone itu milik Anda tetapi tidak langsung memberikan-nyakepada Anda. Hingga tiba saatnya Anda akan turun dari kereta. Sesaat sebelumAnda turun dari kereta, orang itu menepuk Anda dan menyodor-kan handphoneAnda sambil berkata
"Mas. Handphone mas barusan jatuh nih."
Apa yang akanAnda lakukan kepada orang tersebut? Mungkin Anda akan mengucapkan terimakasih juga kepada orang tersebut, tetapi saya pikir rasa terima kasih yangAnda berikan akan lebih besar daripada rasa terima kasih yang Anda berikan pada orang di skenario pertama (orang yang langsung memberikan handphone itukepada Anda). Setelah itu mungkin Anda akan langsung turun dari kereta.

Skenario 3

Marilah kita beralih kepada skenario ketiga.
Pada skenario ini, Anda tidaksadar handphone Anda terjatuh, hingga Anda menyadari handphone Anda tidakada di kantong Anda saat Anda sudah turun dari kereta. Anda pun pa-nik dansegera menelepon ke nomor handphone Anda, berharap ada orang baik yangmenemukan handphone Anda dan bersedia mengembalikannya kepada Anda. Orangyang sejak tadi menemukan handphone Anda (namun tidak memberikannya kepadaAnda) menjawab telepon Anda.
"Halo, sela-mat siang mas. Saya pemilikhandphone yang ada pada mas sekarang," kata Anda kepada orang yang sangatAnda harapkan berbaik hati mengembali-kan handphone itu kembali kepada Anda.Gayung bersambut, orang yang menemukan handphone Anda berkata, "Oh, inihandphone mas ya. Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut. Biarmas ambil di sana nanti ya." Dengan sedikit rasa lega dan penuh harap-an,Anda pun pergi ke stasiun berikut dan menemui "orang baik" tersebut. Orangitu pun memberikan handphone Anda yang telah hilang. Apa yang akan Andalakukan pada orang tersebut? Satu hal yang pasti, Anda akan mengucapkanterima kasih, dan sepertinya akan lebih besar daripada rasa terima kasihAnda pada skenario kedua bukan? Bukan tidak mungkin kali ini Anda akanmemberikan hadiah kecil kepada orang yang menemukan hand-phone Andatersebut.

Skenario 4

Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat.
Pada skenario ini, Andatidak sadar handphone Anda terjatuh, Anda turun dari kereta dan menya-daribahwa handphone Anda telah hilang, Anda mencoba menelepon tetapi tidak adayang mengangkat. Sampai akhirnya Anda tiba di rumah. Malam harinya, Andamencoba mengirimkan SMS: "Bapak/Ibu yang budiman. Saya adalah pemilikhandphone yang ada pada bapak/ibu sekarang. Saya sangat mengharapkankebaikan hati bapak/ibu untuk dapat mengembalikan hand-phone itu kepadasaya.Saya akan memberikan imbalan sepantasnya. " SMS pun dikirim dan tidak adabalasan. Anda sudah putus asa. Anda kembali mengingat betapa banyaknya datapenting yang ada di dalam handphone Anda. Ada begitu banyak nomor teleponteman Anda yang ikut hilang bersamanya. Hingga akhirnya beberapa harikemudian, orang yang menemukan handphone Anda menjawab SMS Anda, danmengajak ketemuan untuk mengembalikan handphone tersebut. Bagaimanakira-kira perasaan Anda? Tentunya Anda akan sangat senang dan segera pergike tempat yang diberikan oleh orang itu. Anda pun sampai di sana dan orangitu mengembalikan handphone Anda. Apa yang akan Anda berikan kepada orangtersebut? Anda pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnyakepadanya, dan mungkin Anda akan memberikannya hadiah (yang kemungkinanbesar lebih berharga dibandingkan hadiah yang mungkin Anda berikan diskenario ketiga).

Moral

Apa yang Anda dapatkan dari empat skenario cerita di atas?
Pada keempatskenario tersebut, Anda sama-sama kehilangan handphone, dan ada orang yangmenemukannya. Orang pertama menemukannya dan langsung meng-embalikannyakepada Anda. Anda berikan dia ucapan terima kasih. Orang kedua menemukannyadan memberikan kepada Anda sesaat sebelum Anda turun dari kereta. Andaberikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar. Orang ketiga menemukannyadan memberikan kepada Anda setelah Anda turun dari kereta. Anda berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah. Orang keempatmenemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah itu barumengembalikannya kepada Anda. Anda berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.

Ada sebuah hal yang aneh di sini.
Cobalah pikirkan, di antara keempat orangdi atas, siapakah yang paling baik?
Tentunya orang yang menemukannya danlangsung memberikannya kepada Anda, bukan?
Dia adalah orang pada skenariopertama. Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit diantara empat orang di atas.

Manakah orang yang paling tidak baik? Tentunyaorang pada skenario keempat, karena dia telah membuat Anda menunggu beberapahari dan mungkin saja memanfaatkan handphone Anda tersebut selama itu.Namun, ternyata dia adalah orang yang akan Anda berikan reward paling besar.Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Anda memberikan reward kepada ke-empatorang tersebut secara tulus, tetapi orang yang seharusnya lebih baik danlebih pantas mendapatkan banyak, Anda berikan lebih sedikit.

OK, kenapa bisa begitu? Ini karena rasa kehilangan yang kita alami semakinbertambah di setiap skenario. Pada skenario pertama, kita belum berasake-hilangan karena kita belum sadar handphone kita jatuh, dan kita telahmendapatkannya kembali. Pada skenario kedua, kita juga belum merasakankehilangan karena saat itu kita belum sadar, tetapi kita membayangkan rasakehilangan yang mungkin akan kita alami seandainya saat itu kita sudahtu-run dari kereta. Pada skenario ketiga, Anda sempat merasakan kehilangan,namun tidak lama Anda mendapatkan kelegaan dan harapan Anda akan mendapatkanhandphone Anda kembali. Pada skenario keempat, Anda sangat merasakankehilangan itu. Anda mungkin berpikir untuk memberikan sesuatu yang besarkepada orang yang menemukan handphone Anda, asalkan handphone itu bisakembali kepada Anda. Rasa kehilangan yang bertambah menyebabkan Anda semakinmenghargai handphone yang Anda miliki.

Saat ini, adakah sesuatu yang kurang Anda syukuri? Apakah itu berupa rumah,handphone, teman-teman, kesempatan berkuliah, kesempatan bekerja, atau suatuhal lain. Ada satu cara yang benar-benar ampuh yang bisa dilakukan Tuhan untuk membuat kita mensyukuri sesuatu yang mungkin kita anggap biasa itu.

Bagaimana?
Dengan mengambilnya dari kita, hingga kita merasakan kehilangan.Saat itulah, kita akan mensyukuri segala sesuatu yang telah hilang tersebut.Namun, apakah kita perlu merasakan kehilangan itu agar kita dapat bersyukur?
Saya rasa sebaiknya tidak.
Syukurilah segala yang kita miliki, termasukhidup kita, selagi itu masih ada. Jangan sampai kita menyesali karena tidakbersyukur ketika itu telah diambil dari kita.

Warm Regards,
hendimorello
Erlangga Group
Jl. H. Baping No. 100 Ciracas Jakarta Timur 13740
www.erlangga.co.id
Telp. 021 8717006
Fax. 021 8703804

Monday, December 15, 2008

keep writing dear

I've just read the quotation for the day:

Reading makes a full man; conference a ready man; and writing an exact man.

Francis Bacon (1561-1626)


Well, its been for so many weeks i neglect the blog, the writing habit and the dream to be a writer. My ow my

Those everyday reports suppose not to be a reason to neglect my posting right? Be firm dear, just be firm with ur routine. Just start from the small stuff..keep making some changes, even just a word, a line, or whatever scratch. Start again to make a fine line of your life, your dream

Believe that you'll have your complete drawing later on at the end. Whatever the appearance is, at least you could see a picture there...as a reflection of you

45 days in Hanoi...still another half way

Tak terasa sudah 45 hari

Sudah banyak cerita, fenomena, teman, makanan, pernak-pernik, kerjaan, oleh-oleh, penyakit, kesenangan, yang lucu-lucu, yang sedih sedih, yang senangsenag, pertemuan, persahabatan, keindahan, perpisahan dan segudang pengalaman baik lahir, batin, semu, nyata dan sebaginya

So...how would be another half way?

Time for a little contemplation of what i've been through, to give me another spirit of what will be a head to get through

so many changes
so many colours
so many memories

But i suppose not to stick with the past and i should not be worried with the future
just get it through with a smile on your face today..to seize the day

Friday, October 31, 2008

Banjir di Hanoi



Jalan Lang Ha jam 08:05 terasa seperti mau maghrib, gelap




This is what is called “dedication to education”



Hiks..moga ga menimpa teman teman sekalian



Ga di Jakarta ga disini



Rekan Julie berjuang dalam hujan


Pagi ini jejak langkah saya berlangsung dari hotel ke KBRI disertai guyuran hujan yang cukup lebat. Bahkan samapai sore hari ini masih lebat.
Ini adalah hari pertama saya di Hanoi setelah kemarin siang tiba dari Indonesia. Bangga rasanya berjalan menyusuri 4 blok diiringi beberapa tatapan mata aneh melihat gadis berbaju motif batik dan berkerudung di sebuah negara sosialis. Bangga juga menggunakan bahasa Indonesia di negeri orang walaupun sebenarnya hanya itu Bahasa yang paling nyaman saya pakai disini untuk berkomunikasi mengingat orang Hanoi tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris. Akhirnya saya memilih ngobrol saja dengan sesama teman Indonesia. Sungguh perasaan-perasaan yang jarang saya rasakan tatkala di rumah sendiri. Bahkan saat di perjalanan bangga juga saat membawakan kerajinan tangan dan batik (bukan kain bermotif batik--> suka diprotes soalnya oleh teman-teman pecinta batik) dan menyerahkannya kepada Bapak Duta Besar. Sengaja tas kertas bermotif batik itu saya tenteng dan ternyata beberapa nona-nona berambut pirang di penerbangan Singapura-Hanoi cukup antusias memandanginya. Bahkan Bapak-bapak sebelah dari USA sempat mengatakan "nice pattern"...senang juga deh jadinya.

"Menjadi Indonesia."
Sebuah proses yang selama ini tak pernah saya nikmati lika-likunya sampai saya masuk pada sebuah instansi dan akhirnya harus menjadi bagian dari perwakilan Indonesia di luar negeri. Luar biasa, karena saya tak pernah menangis saat menyanyikan lagu Bagimu Negeri kecuali saat bulan kemarin mengikuti acara penutupan Sekolah Dinas Luar Negeri sekaligus pelepasan untuk magang. Jarang saya merasa memiliki Indonesia dari sabang sampai merauke sampai saya melihat foto-foto kepulauan di Riau yang gundul, habis, bahkan nyaris hilang tenggelam karena habis pasirnya serta tanah Kalimantan dan Papua yang tergerus oleh MNC-MNC kenamaan. Jarang pula saya sedemikian antusias mencari tahu berbagai musik tradisional, makanan tradisional, serta pernik-pernik kekayaan budaya Indonesia sampai pada saat saya harus menampilkannya dihadapan orang selain Indonesia. Saya sedikit sedih dan kecewa dengan proses belajar saya selama ini. Kemana Indonesia saya yang seharusnya sudah melekat bersama saya sedari 0 tahun?

Ya..ternyata saya belum cukup menjadi Indonesia seutuhnya.
Saat beberapa waktu lalu menonton Denias dan Laskar Pelangi baru saya miris. Betapa anak Indonesia banyak yang kehilangan jati dirinya. Bagaimana bangsa ini bisa eksis kalau tidak kenal siapa dirinya. Begitu jauh mereka mengenal makna sumpah pemuda. Pelajaran sejarah hanyalah pelajaran data dan kurang menyentuh masalah perasaan dan empati. Padahal sebuah kisah diceritakan bukan untuk mengasah aspek kognitif saja melainkan lebih pada sisi rasa manusia. Seni, sastra Indonesia telah kehilangan tajinya. Sempat gemes waktu Effendi Siregar menunjukkan foto-foto hasil jepretannya untuk buku Centhini Story. Tidak ada penerbit dan pejabat yang mendukung langsung penerbitannya sehingga harus dalam bahasa Inggris oleh penerbit berlabel bahasa Inggris. Sebagai orang jawa saya merasa tercabik-cabik. Kok ya sampai nggak pernah baca...jangankan baca kenal saja tidak. Dimana lubang hitamnya hingga saya jauh dari akar budaya saya. Apa ya karena saking cueknya saya? Tapi sejak SD memang tidak ada itu serat centhini masuk dalam pelajaran apapun. Padahal dari cerita pak Siregar sungguh, peta jawa lebih lengkap tergambar disana. pelajaran etika banyak disentuh, politik juga diubeg-ubeg bahkan kamasutra hanyalah sebagian kecil dari isinya.

Akhirnya, daripada makan hati memikirkan mata rantai yang putus saya mencoba menyusun kembali puzzle ke-Indonesiaan saya. Saya awali dari merasa bahwa saya memang orang Indonesia dan menggetarkan hati saya saat membaca KTP atau pasport kalau saya memang bernaung di langit Indonesia serta tumbuh dengan tanah dan airnya Indonesia (secara makan duit rakyat ya hiks..hiks..enakan jadi wirausahawan lagi klo begini..beban hati). Langkah selanjutnya coba saya bangun adalah merasa memiliki Indonesia, karena dengan itu saya berusaha mencintai dan menjaga apa yang saya miliki. Tak lagi gagap saat harus memakai songket atau tenunan, tak merasa katrok saat bawakan lagu daerah dan tidak lagi gerah menonton TVRI hehe..tapi di Hanoi gak ada sayangnya. Yang tak kalah penting adalah bahwa tanah yang saya injak kemaren tanah saya dan harus dijaga pelestariannya. Kenapa para penghuni kolong jembatan dan pinggiran kali rajin mencemari jalanan atau sungai-sungai bisajadi karena mereka tak pernah dikenalkan dengan perasaan "MEMILIKI" cuma numpang tanah milik negara..padahal UUD nya menyebutkan Negara bertanggungjawab mengelola untuk kepentingan rakyat.
Adanya juga kebalik-balik.
Pun, teman teman di asrama kadangkala cuek saja membiarkan tanaman-tanaman kering. Tak lain karena merasa tidak memiliki (ada tukang kebun katanya). Sebagian kurang menyadari bahwa makhluk-makhluk lain ada tersedia bagi manusia sebagai khalifahnya untuk dicintai, dimiliki, saling berbagi sehingga tercipta harmoni eksistensi. “Cintailah yang di bumi maka yang di langit mencintaimu”…seperti itu kira-kira.
Pada akhirnya hubungan manusia dengan makhluk lain sebatas hanya pada interaksi kaku bukan kegiatan saling mencinta yang disana ada energi luar biasa untuk menjalin sebuah sinergi bagi keberlangsungan semesta. Tercipta jarak antara rakyat dan negara, antara si miskin dan si kaya, antara diriku dan dirinya..apalagi mereka (yang tinggal di hutan-hutan cemara).

Terlepas dari semua cerita diatas, ternyata sebuah identitas tetap diperlukan saat dunia semakin tanpa batas. Sebuah tempat yang disebut "hometown" terasa manis terkenang saat jauh. Apabila dulu seringkali hanya bisa melihat sisi gelap bayangan bangsa sendiri..dengan adanya jarak fokus saya mencoba menatap dengan lebih obyektif bahwa negara kita adalah negara normal "plus masalah, plus prestasi, plus manusia-manusia potensial yang hanya butuh diasah kesadaran eksistensialnya" ..jadi terinspirasi kata-kata SBY "Kita Bisa" Apalagi melihat bangsa ini punya berbagai komunitas yang mungkin kecil tapi berserak seperti Jejak Langkah, saya yakin puzzle besar bernama Indonesia akan menjadi indah dipandang apabila makluk-makhluk di dalamnya bersama mengumandangkan "Aku Cinta Indonesia" (*jadi inget acara di TPRI jaman doeloe waktu tipinya masih pake aki).

At last..susah ternyata menjadi bagian dari Negara. Ya..saya bukan hanya sekedar bernegara Indonesia tetapi kebangsaan saya adalah Indonesia. Bahasa saya dan tanah air saya adalah Indonesia..Ia adalah rumah saya yang akan terindukan saat berjauhan.

thanks ya buat temen2 JL yang senantiasa membantu menggugah kesadaran saya akan berbagai penampakan di sekitar kita